Senin, 29 April 2013

Organisasi Hidup Makan Gaji

Kadang merasa semangat, kadang merasa terbebani...itulah hidup di dunia yg terikat oleh waktu serta kursi-kursi atasan. dibebani dengan target ini dan itu. saya tau berada di dalam struktur organisasi perusahaan memang sudah seharusnya mengikuti rule yg berlaku, jujur itu adalah beban. jam 6 pagi saya terbangun lalu segera menuju kamar mandi 3x2 m lalu mengenakan pakaian yg sudah diatur pemakaiannya, sarapan lalu bergegas mengendarai sepeda meotor menelusuri jalanan samping Tol yang penuh dengan lubang serta bebatuan. setiba di kantor, meeting lalu menjalani aktivitas sebagai seorang marcomm. menelusuri kota makassar, mendatangi relasi2 yang bisa diajak kerjasama untuk meraih revenue perusahaan yang katanya "nanti kalau target tercapai, kalian akan mendapatkan bonus"...allaaaaahhh....iming2an belaka. mencoba untuk berkegiatan di salah satu perumahan elit di Makassar, dimana penghuninya adalah para manusia2 renkarnasi (entah jadi apa) yang menghindari sengatan matahari dan membenci "pembayaran" mencintai GRATISAN. aku bingung dengan orang2 itu, namun disatu sisi kami membutuhkan mereka (dollar). "om minta bubur buat mama" apa? bilang ma mama habis....salah satu adegan dibagian cerita di perumahan tersebut, diundang buat acara malah ga mau datang, giliran bagi bubur gratis minta ma anaknya, hadooooo...manusia. begitulah seterusnya. saya tau memnag seperti itulah kehidupan saling membutuhkan satu dengan yg lainnya, namun dari bawah ke atas itu susah, selalu dipandang sebelah mata tetapi jika dari atas ke bawah, wadoooo seperti singa yg melihat marmut.

Kamis, 11 April 2013

2013, Berca Ekspansi WiMax di 18 Kota


 
Pontianak - PT Berca Hardaya Perkasa masih akan memperluas ekspansi jaringan WiMax ke 10 kota lagi setelah mengkomersilkan layanan dengan brand WiGO ini di Pontianak dan 7 kota lainnya.

"Target ekspansi kami di 2013 ini akan menjangkau total 18 kota. Setelah Pontianak, kita akan ke Samarinda, Banjarmasin, Tenggarong, Bontang, dan lainnya," ungkap Duta Subagio Sarosa, Direktur PT Berca Hardaya Perkasa kepada detikINET di Pontianak, Rabu (10/4/2013).

Sebelum Pontianak, Berca sejak Februari 2012 lalu telah menggelar Wimax komersial di Medan, Makassar, Palembang, Pekanbaru, Batam, Bali, dan Balikpapan.

Ekspansi ini dimungkinkan karena Berca memiliki lisensi Broadband Wireless Access (BWA) untuk WiMax di 2,3 GHz di 8 zona wilayah sejak pertengahan 2009 lalu, dengan lebar spektrum 30 MHz di Sumatera Bagian Selatan dan Tengah, Kalimantan, Bali, Sulawesi Bagian Selatan, dan Nusa Tenggara.

Sedangkan di Sumatera Bagian Utara dan Batam, lebar spektrumnya 15 MHz. Dengan banyaknya zona wilayah ini, maka menjadikan Berca sebagai penguasa zona WiMax terbanyak dan terluas di Indonesia.

Berca sendiri sudah memiliki sekitar 10 ribu pelanggan dengan total base station hampir 300 BTS. Tahun ini ditargetkan pelanggannya bertambah menjadi 15 ribu dengan tambahan 300 BTS baru.

"Untuk belanja modal capex (capital expenditure) tahun ini, kalau dihitung nilai investasi per BTS sekitar USD 60 ribu dikali 300, kemudian ditambah bandwidth dan lainnya, ya sekitar USD 20 juta," ujar Duta.

Duta saat awal ekspansi Februari 2012 lalu sempat mengatakan, total investasi untuk mengembangkan WiGO selama lima tahun akan menghabiskan dana sekitar USD 500 juta.

Perusahaan ini juga bekerja sama dengan empat vendor teknologi untuk penyediaan infrastruktur jaringan dan perangkat CPE modem, yakni PT Panggung Electric Citrabuana, PT Xirka Dama Persada-Huawei, PT Sanmina-SCI Batam, dan PT Len-Inti.

Sedangkan untuk akses backbone dan backhaul intercity, Berca dalam menggelar layanan 4G WiMax untuk WiGO menyewa jaringan dan bandwidth dari Indosat, Telkom, dan Indonesian Comnet Plus (ICON+).

"Kami yakin WiGO akan mengubah behaviour dari pengguna setelah merasakan internet cepat. Kecepatan dan kestabilan dalam berinternet menjadi kunci penting untuk menunjang setiap aktivitas pengguna internet," pungkas Duta.

Sumber:
Achmad Rouzni Noor II - detikinet
Kamis, 11/04/2013 07:40 WIB

Operator Wimax Tunggu Momentum Migrasi ke LTE



Pontianak - Aturan soal regulasi 4G dengan teknologi Long Term Evolution (LTE) tak hanya ditunggu para operator seluler, namun juga oleh para penyedia jaringan 4G WiMax.

Berca Hardayaperkasa, misalnya. Penyedia jaringan layanan WiMax dengan brand WiGO ini juga tak menutup kemungkinan akan mengadopsi LTE dalam beberapa tahun ke depan.

"Kita harus antisipatif mengadopsi teknologi yang ekosistemnya berjalan baik. Tapi LTE ini belum ada regulasinya, kami masih harus menunggu beberapa tahun lagi," kata Duta Subagio Sarosa, Direktur PT Berca Hardayaperkasa kepada detikINET di Pontianak, Kamis (11/4/2013).

Berca yang telah menggelar ekspansi WiMax ke 8 kota besar di Indonesia, diakui sangat mungkin untuk migrasi ke LTE yang dinilai punya ekosistem lebih baik karena dukungan ketersediaan perangkat base station dan CPE yang lebih banyak dan bisa lebih murah karena lebih mass production.

Selain itu, migrasi ke LTE juga memungkinkan bagi Berca karena memiliki lisensi Broadband Wireless Access (BWA) dengan lebar spektrum 30 MHz di 2,3 GHz di Sumatera Bagian Selatan dan Tengah, Kalimantan, Sulawesi Bagian Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara.

"Frekuensi kami bisa banget buat LTE. Kami juga pakai TD untuk WiMax dan bisa jadi TD LTE nanti karena TD itu satu frekuensi, tidak seperti FDD yang terpisah uplink-downlink-nya," jelas Said Hafidz, Head of Telematics Regulation Berca.

Selain Berca, perusahaan lain yang memenangi tender untuk lisensi BWA di 2,3 GHz adalah First Media, Telkom, Indosat Mega Media (IM2), Internux, dan Jasnita Telekomindo. First Media kabarnya juga tengah menunggu untuk migrasi ke LTE.

Rencana migrasi dari WiMax ke LTE sebenarnya telah mendapatkan restu dari Menkominfo Tifatul Sembiring beberapa waktu lalu. Tifatul pernah menyebutkan bahwa para pemain WiMax bisa saja mengadopsi LTE pada 2013 ini. Namun rencana itu belum difollow-up lebih lanjut oleh Kementerian.

Selain telah ditempati oleh para pemain WiMax, rentang frekuensi di 2,3 GHz juga masih tersisa 60 MHz. Sisa frekuensi ini juga dinilai Ben Siagian, Country Manager Qualcomm Indonesia, lebih tepat dimanfaatkan untuk layanan LTE karena ekosistemnya sudah ada dan harga handset juga lebih murah karena telah diproduksi massal.

Frekuensi 2,3 GHz juga dinilai lebih pas sebagai alternatif LTE sembari menunggu 700 MHz lowong setelah para pemain TV analog rampung migrasi ke TV digital pada akhir 2017 nanti.

sumber:
Achmad Rouzni Noor II - detikinet
Kamis, 11/04/2013 13:29 WIB